Sabtu, 14 Januari 2012

Proposal Pencemaran Tanah di Lahan Pertanian


A.    Latar Belakang
Indonesia berada diposisi gunung berapi yang aktif pada umumnya. Disini terdapat banyak deposit mineral yang merupakan sumber nutrisi untuk mempertahankan kesuburan tanah. Letak Indonesia dibagian tropis dan memiliki hutan tropis yang merupakan sumber organik utama yang penting bagi kesuburan tanah.
Tanah merupakan sumber daya alam yang mengandung benda organik dan anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Sebagai faktor produksi pertanian tanah mengandung hara dan air, yang perlu ditambah untuk pengganti yang habis dipakai.
Pencemaran menyebabkan susu-tanah mengalami perubahan susunannya, sehingga mengganggu kehidupan jasad yang hidup didalam tanah maupun dipermukaan.
Pencemaran tanah dapat terjadi secara langsung. Misalnya karena menggunakan pupuk secara berlebihan, pemberian pestisida atau insektisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat dicernakan seperti plastik.
Pencemaran dapat juga melalui air. Air yang mengandung bahan pencemar (polutan) akan mengubah susunan kimia tanah sehingga mengandung jasad yang hidup didalam atau dipermukaan tanah.
Pencemaran dapat juga melalui udara. Udara yang tercemar akan menurunkan hujan ysng mengandung bahan pencemar ini, akibatnya tanah akan tercemar juga.
Dalam penelitian yang akan kami lakukan ini, kami mengambil objek yang berhubungan dengan kondisi atau krakteristik tanah yang baik untuk lahan pertanian. Secara keilmuan, struktur tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman tergantung pada kehadiran agregat antara 1 sampai 10 mm diameter. Agregat tersebut harus stabil ketika dibasahi dan harus memiliki proporsi yang baik dari pori-pori dengan diameter lebih dari 75 µm untuk memungkinkan drainase dan aerasi yang baik selama musim hujan, volume yang cukup dari pori-pori berukuran sedang (30-0,2 mµ) untuk menyimpan air yang tersedia pada periode kering (Tisdall, 1996). Tanah yang subur juga merupakan tanah yang cukup mengandung nutrisi bagi tanaman maupun mikroorganisme. Dari segi fsika, kimia, dan biologi memenuhi untuk pertumbuhan.
Penerapan-penerapan tersebut melatarbelakangi kami untuk mengambil lokasi sawah di daerah Jl. Peta yang terkotaminasi dengan tumpukan-tumpukan sampah plastik yang berada dipinggirnya. Keadaan tersebut juga sangat menark perhatiaan kami untuk menjadikan objek penelitian yang berpengaruh terhadap kualitas atau produk dari sawah yang berada disana.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakng diatas kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bahan kimia apa saja yang terkandung dalam sampah plastik sehingga dapat mencemari tanah ?
2.      Karakteristik tanah yang baik untuk lahan pertanian ?
3.      Pengaruh sampah plastik terhadap produk hasil dari pengolahan sawah tersebut ?
4.      Bagaimana Penanganan Pemcemaran Tanah tersebut yang berada di daeraha Jl. Peta ?
C.     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang kami lakukan ini adalah untuk menjaga lingkungan daerah sekitar yang sudah tercemar oleh bahan-bahan anorganik yang dapat menyebabkan kerugian bagi manusia, diantaranya hasil gabah menjadi berkurang dan atau sama sekali tidak menghasilkan. Serta mengetahui bahan kimia apa saja yang terkandung dalam plastik sehingga dapat mencemari tanah, mengetahui karakterisktik tanah yang baik untuk lahan pertanian, mengetahui pengaruh sampah plastik terhadap hasil dari pengolahan sawah tersebut, dan bagaimana cara penanganan pencemaran tanah yang baik.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi Peneliti
Pembuatan laporan penelitian ini dapat menjadi media pembelajaran bagi peneliti tentang apa yang akan dilakukan dalam eksperimennya yaitu mengenai pengaruh tempat pembuangan sampah plastik sementara terhadap sawah yang berada di daerah Jl. Peta serta karakteristik dan produk yang dihasilkan oleh sawah tersebut.


2.      Bagi Pembaca
Laporan ini dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang bagaimana cara penanganan pencemaran tanah dan mengetahui karakteristik tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Laporan ini dapat dipertanggungjawabkan, karena data dan langkah-langkah yang tertera merupakan hasil eksperimen dan empiris.
E.     Landasan Teori
1.      Bahan Kimia Yang Terkandung Dalam Plastik (Chemical Content in Plastic)
Berdasarkan sumbernya sampah dapat digolongkan sampah domestik misalnya sampah rumah, pasar, sekolah, dan sebagainya. Lainnya sampah non domestik, misalnya sampah pabrik, pertanian, perikanan, peternakan, industri, kehutanan, dan sebagainya.
Berdasarkan komposisinya sampah karton, atau karbon dan sampah yang tidak seragam atau campuran seperti sampah pasar atau sampah tempat umum lainnya. Berdasarkan proses tempat terjadinya sampah kita bedakan sampah alami misalnya daun-daunan dan sampah non alami seperti sampah karena kegiatan manusia. Berdasarkan asal lokasinya dapat dibedakan sampah kota (urban) dan sampah daerah misalnya sampah dipedesaanm, permukaan atau pantai. Berdasarkan sampah jenisnya sampah dibedakan sampah organik dan sampah anorganik. Berdasarkan sifatnya sampah dapat dibedakan dalam sampah yang dapat dicernakan (diuraikan, non degradable) misalnya sampah anorganik. Atau sampah yang mudah terbakar dan sampah yang tidak mudah terbakar.
Plastik adalah bahan yang mempunyai derajat kekristalan lebih rendah daripada serat, dan dapat dilunakkan atau dicetak pada suhu tinggi (suhu peralihan kacanya diatas suhu ruang), jika tidak banyak bersambung silang.
                                    Berbagai sampah dibuang oleh masyarakat terkadang tdak membuang pada tempatnya, sampah-sampah yang dibuang itu seperti sisa-sisa plastik bungkus makanan, botol-botol bekas, bahkan botol-botol susu  juga dibuang masyarakat secara sembarangan. Ada pun masyarakat yang membuang sampah hanya pada tempat pembuangan terakhir seperti contohnya yang brada di daerah Jl. Peta  Kecamatan Tawang ini. terdapat tumpukan sampah yang terisolir dan dibiarkan menumpuk begitu saja. Kandungan bahan kimia yang terkandung dalam plastik diantaranya adalah BPA.
Polycarbonate adalah bahan plastik yang sering dipakai untuk peralatan makan dan minum bayi, terutama botol susu. Policarbonate mengandung suatu zat disebut bisphenol A (BPA) yang ternyata lewat serangkaian penelitian hewan memiliki sifat akumulatif dan racun terhadap tubuh.
Sebenarnya BPA bukanlah barang baru. Tahun 1936, BPA sudah ditemukan oleh peneliti inggris namun belumlah “popular” karena masih jarang ditemukan di benda-benda plastik dan belum banyak dipakai untuk wadah makanan. Baru tahun 1993, Aruna V. Khrisnan dan David Feldman dari Stanford University school of medicine secara tak sengaja menemukan hal aneh. Piranti laboratorium yang mereka gunakan saat meneliti sel ragi mengeluarkan zat seperti estrogen setiap kali disterilkan. Ujungnya, barulah diketahui, piranti itu terbuat dari polikarbonat dan zat yang dikeluarkannya adalah BPA.
Kejadian tak disengaja itu mungkin suatu awal, karena saat ini banyak wadah makanan mengandung polikarbonat, yang artinya, BPA telah menjadi problema tersendiri. Botol susu, misalnya, ketika baru dipakai, sudah bisa mengeluarkan BPA saat dipanaskan dengan air 900C meski jumlahnya masih sangat kecil. Apalagi, botol susu yang sudah banyak tergores, bisa mengeluarkan BPA hingga 10-28 kali lipatnya. Makin dingin air yang dicampurkan, makin kecil kandungan BPA yang dikeluarkan.
Kandungan zat kimia dalam plastik ini menimbulkan efek samping yang merugikan untuk manusia. Konon, dlu Profesor Fred Vom Saal yakni seorang peneliti senior di Missouri-Columbia University menemukan zat kimia ini meski pada dosis kecil- berkaitan dengan berbagai gangguan seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder, gangguan sperma, hingga penyakit parkinson. Menurut beliau, bila dikonsumsi saat periode tumbuh kembang, zat ini dapat mempengaruhi produksi dopamin otak secara permanen yang bila kekurangan atau berlebihan dapat menyebabkan penyakit. Selain itu, zat ini juga mengganggu perkembangan saluran kemih dan tiroid. Ini juga didukung dengan penelitian di jepang, negara dengan produksi BPA tinggi. Bahkan, BPA sudah dapat diserap lewat plasenta sehingga telah menimbulkan efek saat di kandungan.
Semua efek BPA salah satunya disebabkan BPA mengganggu proses yang berkaitan dengan hormon, khususnya hormon estrogen. “Efek ini bahkan sudah terlihat pada dosis yang rendah, untuk amannya, batas aman haruslah 1000 kali lebih rendah dari dosis yang bisa menimbulkan efek samping” jelas Profesor Freed Vom Saal. US environmental protection agency menetapkan batas aman BPA adalah 0.05 mg/kgbb/hari.
Bahan berbahaya dan beracun (B3) didefinisikan sebagai bahan yang  termasuk  salah satu golongan atau  lebih dari bahan lainnya,  yaitu :
a.    Bahan beracun
b.    Bahan peledak
c.    Bahan yang mudah terbakar/menyala
d.   Bahan oksidator dan bahan reduktor
e.    Bahan mudah meledak dan terbakar
f.     Gas bertekanan
g.    Bahan korosi/iritasi
h.    Bahan radioaktif, dan
i.      Bahan berbahaya lainnya yang di tetapkan oleh SK Menteri Perindustrian No. 148/M/SK/4/1985.
Dalam lampiran SK tersebut terdapat 90 jenis atau barang yang tergolong beracun dan berbahaya. Sedangkan logam berat didefinisikan sebagai satu kesatuan jenis logam yang mempunyai bobot molekul dan berat jenis lebih besar dari 5 g cm-3 (Anonim, 1977) dengan nomor atom antara 22 dan 29 periode III dan IV. Menurut Palar (1994), karakteristik logam berat memiliki berat jenis >4, bernomor atom 22-34 dan 40-50, serta mempunyai respon biokimia specifik pada organisme hidup. Jenis logam berat diketahui >70 unsur, beberapa diantaranya perlu mendapat perhatian khusus, yaitu Hg, Pb, Cd, Cu, Cr, Co, Mo, Mn, dan Mi.
2.      Karakteristik Tanah Yang Baik Untuk Lahan Pertanian
Tanah volkanik adalah tanah yang berasal dari endapan lahar gunung berapi, tanah ini baik untuk perkebunan, karena banyak mengandung unsur hara didalamnya.tanah humus adalah tanah yang terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan ataupun hewan, tanah ini biasanya digunakan untuk menyuburkan tanaman karena banyak mengandung humus.
Tanah los adalah tanah yang terbentuk dari debu yang dibawa angin, sehingga membentuk lapisan tanah.
Tanah gambut adalah tanah yang terbentuk dari lapisan lumpur yang tebal, tanah ini banyak ada di pulau Kalimantan. Tanah ini sangat cocok untuk tumbuhan bakau.
Tanah aluvial adalah tanah tanah yang terdiri dari beberapa endapan. Tanah terbagi dari beberapa lapisan, yaitu :
a.    Tanah lapisan atas, ciri-cirinya : warnanya gelap kehitam hitaman, teksturnya gembur dan subur karena banyak mengandung humus, tanah bagian ini sangat cocok buat perkebunan.
b.    Tanah bagian bawah, ciri-cirinya : warnanya lebih mudah dari pada tanah bagian atas, tanah ini kurang subur karena sedikit mengandung humus.
c.    Lapisan induk tanah, warnanya kemerah-merahan. Bagian ini tidak mempunyai humus sedikitpun, oleh sebab itu tanah bagian ini kurang baik untuk bercocok tanam. Lapisan batuan induk adalah lapisan yang paling bawah, tanah bagian ini banyak terdapat batu-batu kecil. Tanah merupakan salah satu unsur dipermukaan bumi ini, peranan tanah sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup, contohnya : bagi manusia tanah sebagai sarana bercocok tanam, bagi hewan, tanah sebagai habitat hidup, bagi tumbuhan, tanah sebagai prasarana menyalurkan air dan unsur hara. Maka demikian kita harus melestarikan tanah dan menjaga tanah dari kontaminasi tangan-tangan yang tak bertanggung jawab. Cara melestarikan tanah, antara lain:
- melakukan reboisasi
- jangan membuang sampah yang sulit didaur ulang
- sering melakukan pemupukan
- mengairi secara teratur.
3.      Pengaruh Sampah Plastik Terhadap Produk Hasil Dari Pengolahan Sawah
Pencemaran pada lahan sawah umumnya disebabkan oleh limbah industri dan aktivitas budi daya yang menggunakan bahan-bahan kimia agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang kurang terkendali. Banyaknya sampah yang menumpuk akibat aktivitas manusia juga dan sampah tersebut tidak ditangani secara baik yaitu hasil gabah menjadi berkurang dan atau sama sekali tidak menghasilkan. Kondisi ini disebabkan karena saluran air yang tersambung oleh sawah tersebut tercampur dan kontaminasi antara plastik dengan air tesebut menghambat akan produktivitas sawah untuk menghasilkan padi dalam jumlah banyak. Sedangkan isi dari tumpukan sampah tersebut bukan hanya berupa plastik saja, melainkan limah-limbah yang berasal dari rumah tangga pun tercampur disana.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik sawah tersebut, keberadaan tempat pembuangan sampah sementara itu menghambat pertumbuhan padi yang akibatnya jumlah produksi padi menurun, kemungkinan setiap sekali masa panen itu bisa menghasilkan 10 ton perkotak sawah, sekarang hasilnya menurun sekitar 8 ton padi perkotak sawah saja.
4.      Penanganan Pencemaran Tanah
Penanganan pestisida ialah dengan tidak mmenggunakannya. Cara ini terbaik hasilnya, tetapi hama tanaman mengakibatkan hasil produksi menurun. Cara yang dapat ditempuh ialah :
a.       Pengaturan jenis tanaman dan waktu menanam
b.      Memilih varietas tanaman yang tahan lama
c.       Menggunakan musuh alami untuk hama
d.      Memanfaatkan daya tarik untuk seks untuk serangga
e.       Menggunakan hormon serangga
f.       Pemandulan (sterilisasi)
Disamping itu kita perlu :
a.       Memahami kegunaan pestisida yang bersangkutan
b.      Mengikuti petunjuk pemakaian
c.       Mematuhi perizinan
d.      Hati-hati dalam penyimpanan
e.       Menggunakan alat-alat pelindung seperti masker, kacamata, pakaian.
Pada dasarnya cara-cara yang ditempuh itu berlaku untuk bahan kimia, pupuk atau deterjen. Kehati-hatian pada pemakaian bahan-bahan ini perlu diperhatikan. Jangan sampai bahan-bahan itu tercecer, mengenai badan manusia, atau mencemarkan lingkungan.
Penanganan sampah ialah mencegah timbulnya pencemaran. Misalnya dengan cara penimbunan (dumping) dengan maksud untuk menutupi rawa, jurang, lekukan tanah di tempat terbuka dan di laut. Cara ini murah tetapi masih menimbulkan bau, kotor, penyakit, dan pencemaran. Cara kedua yaitu pengisian tanah kesehatan (sanitary landfill) dengan mengisi tanah berlegok dan kemudian menutupnya dengan tanah; pada cara ini diperlukan tanah yang luas. Diharapkan sampah tidak akan mencemari lagi karena ditimbun dan ditutup. Cara ketiga ialah dengan pencacahan (grinding). Limbah organik dimasukkan ke dalam alat penggiling sehingga menjadi kecil-kecil, dialirkan ke selokan, hanyut ke tempat pengolahan lebih lanjut. Cara keempat ialah pengkomposan (composting), yakni pengolahan limbah untuk memperoleh kompos untuk menyuburkan tanah. Mikroorganisme membantu menguraikan limbah organik menjadi anorganik pada suhu dan kelembaban udara yang sesuai dengan kehidupan mikroorganisme itu (bakteri, jamur). Cara kelima yaitu pembakaran (inceneration) dengan hasil gas dan residu. Metode keenam ialah dengan pirolisis yakni mengolah limbah dengan proses dekomposisi senyawa kimia pada suhu tinggi dengan pembakaran tidak sempurna. Atau suatu proses peruraian kimia isomerisasi, deoksigenisasi, denitrogenisasi. Misalnya menjadi cairan, gas, dan padatan dari limbah asal selulosa. Persamaan reaksinya adalah :
   3C6H10O5                        8H2O + 2CO + CO2 + CH4 + H2 + C6H8O + 7c
Pada cara tertentu maka gas CO dengan H2O dengan tekanan tinggi dan menggunakan katalis dapat diubah menjadi CO2 dan H2.
CO + H2O    kat     CO2 + H2O
Kedua gas ini dapat dijadikan bahan pada pembuatan gas metana (proses metanisasi) :
CO2 + 4 H2     kat          H4 + H2O
Dari sampah pula dibuat biogas, yakni peruraian anaerob samapah dengan bantuan bakteri pengurai. Mula-mula sampah dijadikan asma organik oleh bakteri pembentuk asam.
(C6H12O6)            n C6 H12O6                        2n CH3CH2OH + 2n CO2 + E
 Selulosa                   Glukosa                Etanol Karbondioksida Tenaga
2n CH3CH2OH + n CO2        bakteri    2n CH3 COOH + 2n CH4
                                                  pemb. asam
               2n CH3COOH bakteri metana  2n CH4 + 2n CO
Biogas ini tidak murni dan terdiri dari metana (65%), karbondioksida (30%), hidrogen sulfida (1%), dan sejumlah gas lain.
Selain menghasilkan gas, sampah dapat dibuat bahan bangunan. Hal ini sudah dikerjakan di Jepang dan Jerman.
Sampah dapat juga menyuburkan kolam ikan. Hal ini karena sampah mengandung nutrisi untuk plankton. Plankton ini kemudian menjadi makanan ikan. Hal ini terbukti di Bandung, India dan Pakistan.
Berdasarkan data SLHD Bali (2005) tampak bahwa pada saat ini sampah sulit dikelola karena berbagai hal, antara lain :
a.    Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untukmengelola dan memahami porsoalan sampah
b.    Menigkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasanpengetahuan tentang sampah
c.    Meningkatnya biaya operasional pengelolaan sampah
d.   Pengelolaan sampah yang tidak efisien dan tidak benar menimbulkan permasalahanpencemaran udara, tanah, dan air serta menurunnya estetika
e.    Ketidakmampuan memelihara barang, mutu produk teknologi yang rendah akanmempercepat menjadi sampah
f.     Semakin sulitnya mendapat lahan sebagai tempat pembuangan ahir sampah.
g.    Semakin banyaknya masyarakat yang keberatan bahwa daerahnya dipakai tempatpembuangan sampah.
h.    Sulitnya menyimpan sampah yang cepat busuk, karena cuaca yang panas
i.      Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya danmemelihara kebersihan.
j.      Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampahdikelola oleh pemerintah.
Penanganan sampah yang telah dilakukan adalah pengumpulan sampah dari sumber-sumbernya, seperti dari masyarakat (rumah tangga) dan tempat-tempat umum yangdikumpulkan di TPS yang telah disediakan. Selanjutnya diangkut dengan truk yang telah dilengkapi jaring ke TPA. 
Bagi daerah-daerah yang belum mendapat pelayanan pengangkutan mengingat sarana dan  prasarana yang  terbatas telah dilakukan pengelolaan sampah secara swakelola dengan beberapa jenis bantuan fasilitas pengangkutan. Bagi Usaha atau kegiatan yang menghasilkan sampah lebih dari 1 m 3/hari diangkut sendiri oleh pengusaha atau bekerjasama dengan pihak lainnya seperti desa/kelurahan atau pihak swasta. Penanganan sampah dari sumber-sumber sampah dengan cara tersebut cukup efektif.
F.     Rancangan Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang kami lakukan adalah:
1.    Survei
Survei dilakukan untuk melihat keadaan lahan sawah tersebut yang tercemar akibat dari tumpukan sampah sementara.
2.    Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pemilik sawah tersebut yang bernama Ibu Kapten, untuk minta izin melakukan penelitian dan mengetahui apakah ada pengaruh terhadap produk hasil sawah tersebut.
3.    Melakukan pembersihan sampah plastik yang berserakan di sawah tersebut dan melakukan pengukuran pH tanah, apakah tercemar atau tidak.
G.   Pelaksanaan Penelitian
1.      Survei Tempat Penelitian
Hari           : Senin
Tanggal : 19 Desember 2011
Tempat : Jl. Peta Gunung Roay 3
2.   Kegiatan Penelitian
Hari   : Sabtu
Tanggal : 31 Desember 2011
Tempat : Jl.Peta Gunung Roay 3
3.   Aksi Penanggulangan/Aksi ke Lapangan
Hari      : Selasa
Tanggal : 4 Januari 2012
Tempat  : Jl. Peta Gunung Roay 3
H.    Hipotesis
Sumber dari pencemaran tanah bisa berasal dari limbah industri, rumah tangga, bahkan sampa-sampah plastik. Lahan sawah yang seharusnya dijaga baik untuk melakukan penanaman padi, di daerah Jl. Peta terdapat sawah yang tercampur dengan sampah-sampah plastik yang berasal dari pembuangan sementara. Keadaan ini memberi pengaruh terhadap kualitas produksi hasil tanaman padi tersebut. Adapun kandugan zat kimia yang berbahaya di balik plastik adalah BPA yang terdeteksi berbahaya serta memiliki sifat akumulatif dan racun terhadap tubuh dan tanaman. Dengan begitu, kami melakukan penelitian dan mngurangi resiko yang di hadapi oleh para petani, diantaranya membersihkan lahan tersebut dari berbagai sampah-samapah yang tercampur dengan tanahnya.
I.       Daftar Pustaka
Sastrawijaya, A. Tresna. 2009. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta.

Wardhana, Wisnu Arya. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : ANDI.

Anneahira. 2009. Pencemaran Lingkungan. [Online] Tersedia : http://www.anneahira.com/artikel-pencemaran-lingkungan.htm. [19 Desember 2011].

Anonim. 2010. Tanah Sawah. [Online] Tersedia : http://balittanah.litbang.deptan.go.id/eng/dokumentasi/buku/tanahsawah/tanahsawah9. [22 Desember 2011].

Anonim. 2011. Plastik. [Online] Tersedia : http://www.chem-is-try.org/kata_kunci/plastik/. [20 Desember 2011].

Anonim. 2009. Plastik. [Online] Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Plastik. [22 Desember 2011].

Al-Atsariyyah. 2010. Ancaman Zat Kimia Di Balik Platik. [Online] Tersedia : file:///C:/Users/acer/Downloads/Ancaman%20zat%20kimia%20di%20balik%20plastik%20%20%20.com.htm. [24 Desember 2011].

Gilang. 2011. Plastik Berbahaya. [Online] Tersedia : http://Gilangbonex.Blogspot.Com/. [22 Desember 2011].



Dokumentasi Survei dan Perizinan Lokasi

         
         
            
                                                   
         

Sabtu, 24 Desember 2011

LATAR BELAKANG
 
 


Perkembangan industri di Indonesia sangat pesat, dari indutri rumah tangga sampai industri berskala internasional. Sebuah aktivitas industri sudah dipastikam menghasilkan produk dan hasil sampingan yang berupa limbah. Sebagai contoh industri kripik pisang, tepung pisang, sale pisang atau indusrti yang berbahan dasar pisang menghasilkan limbah utama yang berupa kulit pisang. Limbah tersebut akan menjadi sampah jika dibiarkan begitu saja tanpa pengolahan yang baik, sehingga dampaknya bagi lingkungan amatlah buruk. Pengolahan limbah yang baik akan berdaya guna tinggi baik secara finansial ataupun manfaat.
Kulit pisang yang selama ini dianggap sebagai sampah dan berbau, mendatangkan lalat dan akan membuat terpeleset jika membuangnya sembarangan, ternyata banyak mengandung unsur kimia atau senyawa yang bermanfaat. Senyawa yang terkandung di dalam kulit pisang diantaranya adalah lignoselulosa, karbohidrat, fosfor, sodium, magnesium, sulfur dan lain-lain. Senyawa-senyawa tersebut bermanfaat dalam kehidupan tumbuhan pertanian maupun tanaman hias.

            Selain aktivitas industri, aktivitas lain yang juga dilakukan oleh manusia adalah membaca koran. Karena koran banyak berisi berita yang update, kegiatan membaca koran  menjadi hobi bagi sebagian orang yang biasanya dilakukan di pagi hari sambil menemani waktu minum teh atau kopi. Namun sayangnya, setelah dibaca koran tersebut hanya akan menjadi barang yang tak berguna bahkan dapat mendatangkan bahaya. Berlangganan koran sama dengan menumpuk pengetahuan namun sama dengan menumpuk sampah yang sulit terurai nantinya jika tumpukan koran tersebut tidak di daur ulang menjadi bahan yang memiliki daya guna bagi manusia yaitu dengan merubahnya menjadi barang-barang menarik seperti tempat tissue, tempat pensil ataupun bentuk-bentuk lain. 
            Pemaparan-pemaparan tersebut melatarbelakangi kami untuk mengolah kulit pisang menjadi pupuk organik cair dan padat yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan pertanian yang berkualitas baik dan juga kami akan mengolah kertas koran dengan cara mendaur ulangnya menjadi barang-barang yang memiliki nilai guna.
RUMUSAN MASALAH
 

 


           
Dari latar belakang di atas, kita dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Senyawa apa saja yang terkandung dalam limbah kulit pisang yang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk?
2.    Bagaimana cara mengolah kulit pisang menjadi pupuk organik, baik cair maupun padat?
3.    Bagaimana implementasi pupuk organik tersebut di bidang pertanian?
4.    Bagaimana cara mendaur ulang sampah anorganik ( Koran ) menjadi bahan yang mempunyai nilai guna?

TUJUAN PENELITIAN
 
 


Adapun tujuan penelitian yang kami laksanakan adalah untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Selain itu, dengan mengolah sampah organik (limbah kulit pisang) maupun anorganik (limbah kertas koran) dapat meningkatkan daya kreatifitas baik kami sebagai peneliti maupun masyarakat nantinya juga dengan hasil dari penelitian ini semoga dapat membuka pikiran kita sebagai manusia bahwa ternyata sampah khususnya sampah kulit pisang maupun sampah kertas koran yang selama ini kita anggap sebagai sesuatu yang menjijikan dan tidak berguna ternyata masih memiliki banyak manfaat serta nilai guna bagi kehidupan kita sehari-hari, bahkan nantinya dapat mendatangkan keuntungan ekonomi bagi kita.


MANFAAT PENELITIAN
 
 


A.    Bagi Peneliti
Pembuatan laporan penelitian ini dapat menjadi media pembelajaran bagi peneliti tentang apa yang akan dilakukan dalam eksperimennya yaitu mengenai pengolahan limbah kulit pisang menjadi pupuk organik cair dan padat serta mengolah sampah koran menjadi barang berguna.
B.     Bagi Pembaca
Laporan ini dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang bagaimana cara mendaur ulang bahan-bahan organik dan anorganik supaya menjadi suatu benda yang mempunyai nilai guna dan ekonomis.
Laporan ini dapat dipertanggungjawabkan, karena data dan langkah-langkah yang tertera merupakan hasil eksperimen dan empiris.

LANDASAN TEORITIS
 

 



A.    Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan kadang-kadang tampak jelas pada kita seperti timbunan sampah di pasar-pasar, pendangkalan sungai yang penuh kotoran, ataupun sesaknya napas karena asap knalpot ataupun cerobong asap pabrik. Tetapi ada juga yang kurang tampak misalnyaterlepasnya gas hydrogen sulfide dari sumber minyak tua. begitu juga misik yang memekakkan telingayrng keluar dari peralatan elektronik modern. ion fosfat dalam limbah pabrik merupakan pencemar, tetapi merupakan pupuk yang baik bagi pepohonan.
Jadi yang dimaksud dengan pencemar ialah bila berpengaruh jelek terhadap lingkungan. Lingkungan mempunyai penyimpangan akibat pencemar itu. susunan  udara yang tercemar akan mempunyai komposisi lain daripada udara normal, udara bersih di sekitar kita, yang mengotori atau merubah susunan lingkungan kita tidak dimasukkan pencemar, kecuali kalau mempunyai pengaruh jelek terhadap lingkungan.
Setiap pencemar berasal dari suatu sumber tertentu. Kalau sumber ini penting, karena merupakan pilihan pertama untuk melenyapkan pencemar itu.setelah pencemar ini di bebaskan oleh sumber kemudian sampai kepada penerima. Penerima inilah yang dipengaruhi oleh pencemar. Manusia menjadi penerima pencemar gas yang dikeluarkan oleh pabrik. ikan menjadi penerima pencemar detergen atau racun yang masuk ke dalam perairan.
B.     Sampah
Seperti yang dikemukakan di bahsan sebelumnya bahwa salah satu bentuk yang tampak dari pencemaran lingkungan itu adalah penumpukan sampah. Sampah adalah bahan-bahan buangan yang dibuang, baik sengaja maupun tidak sengaja yang berasala dari proses alam atau hasil kegiatan manusia yang belum terolah sehingga belum memiliki nilai manfaat. Sampah merupakan salah satu tempat bersarang dan berkembang biaknya berbagai kuman penyakit. Ditempat sampah sering terlihat berbagai binatang pembawa kuman, seperti lalat, semut dan tikus. Di sisi lain, sampah juga dapat menjadi sumber penghasilan bagi para pemulung. Sampah-sampah plastik yang mereka kumpulkan dapat menghasilkan uang untuk menghidupi keluarganya.
Banyak terdapat sampah yang ada di bumi ini. Berdasarkan sumbernya sampah sampah dapt digolongkan sampah domestic misalnya sampah rumah, pasar, sekolah, dsb. Lainnya sampah non domestic, misalnya sampah pabrik, pertanian, perikanan, peternakan, industri, kehutanan dsb. Berdasarkan komposisinya sampah karton, atau karbon dan sampah yang tidak seragam atau campuran seperti sampah pasar atau sampah tempat umum lainnya. Berdasarkan proses terjadinya sampah kita bedakan sampah alami  misalnya daun-daunan dan sampah non alami seperti sampah karena kegiatan manusia.  Berdasarkan asal lokasinya dapat di bedakan sampah kota (urban) dan sampah daerah misalnya sampah di pedesaan, pemukiman atau pantai. Berdasarkan jenisnya sampah dibedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Berdasarkan sifatnya sampah dapat dibedakan dalam sampah yang dapat dicernakan (diuraikan, degradable) misalnya sampahh organik dan yang tidak dapat dicernakan misalnya sampah anorganik. Atau  sampah yang mudah terbakar dan sampah yang tidak mudah terbakar.
Adapun pembagian sampah secara kelompok besar adalah sebagai berikut.
1.    Sampah Organik
Sampah organik atau sampah basah adalah bahan-bahan buangan yang berasal dari sisa makhluk hidup, yaitu manusia, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Sampah jenis ini mudah membusuk dan dapat diuraikan oleh alam. Contohnya sampah dari sisa makanan, kotoran hewan, buah busuk, dan sayuran.
2.    Sampah An-organik
Sampah an-organik atau sampah kering adalah bahan-bahan buangan yang berasal dari hasil industri. Sampah jenis ini sangat sulit diuraikan oleh alam. Contohnya besi, alumunium, kaca, dan plastik.
3.    Limbah Khusus
Limbah khusus adalah bahan-bahan buangan yang berbahaya (beracun dan mudah meledak) yang memerlukan penanganan khusus sebelum dibuang. Contohnya  limbah pabrik, limbah bahan kimia, dan sisa pestisida.
Sampah berasal dari kegiatan manusia. Banyak sedikitnya sampah tidak sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang-barang yang digunakan sehari-hari. Semakin banyak menggunakan barang, berarti sampah akan semakin banyak, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, prngolahan sampah tidak bisa dilepaskan dari  pengolahan gaya hidup masyarakat.
Sampah yang dihasilkan masyarakat umumnya terdiri dari sampah oragnik dan smapah an-organik. Namun, sebagian besar sampah berupa sampah organik, seperti sampah sisa makanan, sayuran, daun-daun kering. Oleh karena itu, pembuatan kompos merupakan alternatif penanganan sampah yang sesuai. Selain dapat mengendalikan pencemaran, pembuatan kompos dapat menghasilkan keuntungan. Pengolahan sampah perlu dilakukan dengan tujuan agar sampah :
1.                  memiliki nilai ekonomis (menghasilkan uang),
2.                  tidak membahayakan lingkungan hidup (pencemaran), dan
3.                  dapat bermanfaat bagi lingkungan (menyuburkan tanah).
Salah satu cara pengolahan sampah organik adalah dengan membuatnya menjadi kompos dan cara pengolahan sampah anorganik adalah dengan mendaur ulangnya menjadi bentuk barang yang lebih berguna.
Kompos adalah bahan yang dihasilkan dari proses penguraian dan pemantapan bahan-bahan yang berasal dari sampah organik dalam temperatur tinggi. Pembuatan kompos telah dilakukan sejak lama oleh para petani. Mereka umumnya menggunakan sisa-sisa dedaunan dan tanaman sebagai bahan baku. Kemudian, kompos itu mereka gunakan untuk menyuburkan tanah dan tanaman.
Cara pembuatan kompos bermacam-macam. Ada yang menggunakan bahan tanaman, seperti cacing atau bakteri tertentu dan ada juga yang tidak. Keunggulan dari proses pengomposan sampah, antara lain teknologinya sederhana, biaya yang dibutuhkan relatif murah, serta dapat mengenai sampah dalam jumlah banyak. Selain itu, kompos dapat digunakan sebagai pengganti pengguanaan pupuk kimia.
Pembuatan kompos yang banyak dilakukan adalah pembuatan secara aerobik, yaitu pembuatan kompos dimana penguraian bahannya dilakukan oleh mikroorganisme dengan bantuan udara.
Kompos memiliki berbagai manfaat, antara lain :
1.      penyubur tanaman karena mengandung nutrisi bagi tumbuhan,
2.      memelihara kesuburan tanah karena membantu memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan bahan organic dalam tanah,
3.      meningkatkan daya serap tanah terhadap air sehingga persediaan air dalam tanah cukup,
4.      perbaikan lahan yang rusak (reklamasi), misalnya pada lahan-lahan bekas galian, dan
5.      sangat baik dimanfaatkan ditambak-tambak sebagai media pertumbuhan plankton yang  merupakan makanan ikan dan udang.
C.    Limbah Kulit Pisang
Pisang merupakan buah yang banyak mengandung vitamin C, A, mineral, serat dan kandungan gizi lain yang bermanfaat untuk tubuh. Orang sudah banyak mengakui kelezatan dan kandungan gizi pada buah pisang. Namun belum banyak yang melirik kelezatan kulit pisang. Selama ini orang hanya menikmati buahnya saja. Kulit pisang sering membuat orang jatuh terpeleset saat menginjaknya, sehingga dianggap sebagai sampah yang paling menyebalkan. Padahal sebenarnya kulit pisang punya beragam manfaat, mulai dari mengobati kutil hingga mengkilapkan sepatu.
Kulit pisang merupakan hasil samping dari pemanfaatan pisang yang dapat dijadikan makanan ringan seperti keripik kulit pisang. Walaupun kulit pisang merupakan hasil samping, namun kandungan gizinya tak kalah dari buahnya. Kulit pisang mengandung serat yang cukup tinggi, vitamin C, B, kalsium, protein, dan karbohidrat. Hasil penelitian tim Universitas Kedokteran Taichung Chung Shan, Taiwan, memperlihatkan bahwa ekstrak kulit pisang ternyata berpotensi mengurangi gejala depresi dan menjaga kesehatan retina mata. Selain kaya vitamin B6, kulit pisang juga ternyata banyak mengandung serotonin yang sangat vital untuk menyeimbangkan mood. Selain itu, ditemukan pula manfaat ekstrak pisang untuk menjaga retina dari kerusakan cahaya akibat regenerasi retina.
Selain itu, kulit pisang yang dijadikan media fermentasi mikroorganisme Bacillus akan menghasilkan enzim xylanase. Hal tersebut dikarenakan didalam kulit pisang mengandung substrat yang berupa xilan (silan). Untuk menghasilkan pertumbuhan dan memberikan aktivitas yang baik maka perbandingan C/N pada media adalah 8:1 dan penambahan molasses atau larutan gula. Agar enzim yang dihasilkan tahan lama maka langkah yang tepat adalah diletakan pada suhu kamar dan dalam bentuk tepung. Enzim xylanase mempunyai banyak manfaat diantaranya adalah sebagai pengganti chlorin pada industri kertas, deinking atau fungsi pelepasan tinta pada proses pengolahan daur ulang kertas, pengganti lemak pada makanan, pengolahan onggok tapioka untuk makanan ternak dan kontrol release tablet untuk industri farmasi. Xylanase juga dapat dimanfaatkan untuk menurunkan polutan industri selain exolite. Hasil penelitian menunjukkan bahwa xylanase lebih ampuh jika dibandingkan dengan exolite. Namun saat ini xylanase baru dimafaatkan untuk industri pulp dan kertas, itupun masih terbatas. Padahal pemanfaatan kulit pisang sebagai penghasil xylanase merupakan langkah jitu dan bernilai jual tinggi.
Disamping itu juga,, selain sebagai penghasil enzim xylanase, kulit pisang juga merupakan bahan organik yang mengandung unsur kimia seperti magnesium, sodium, fosfor, sulfur yang dapat dimanfaatkan sebagi pupuk organik. Tanaman berbunga dan berbuah di dalam pot memerlukan banyak kalium (K) dan fosfor (P) untuk proses pembungaan. Tumbuhan di dalam pot memperoleh Kalium dan fosfor dari mineral-mineral yang berada di media tanam, akan tetapi jumlahnya sangat terbatas atau konsentrasi yang sedikit. Agar tanaman dalam pot rajin berbunga dan berbuah, perlu adanya tambahan suplai Kalium dan Fosfor di dalam media tanam untuk menunjang proses pembungaan dan pembuahannya.
Kulit buah pisang mengandung 15% Kalium dan 12% Fosfor lebih banyak daripada daging buah. Keberadaan Kalium dan Fosfor yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk.
Pupuk kulit buah pisang adalah sumber potensial pupuk potasium dengan kadar K2O 46-57% basis kering. Selain mengandung Fosfor dan Potasium, kulit pisang juga mengandung unsur Magnesium, Sulfur, dan Sodium.
Potasium adalah unsur hara mikro yang membantu pembentukan protein, karbohidrat dan gula, serta membantu pengangkutan gula dari daun ke buah, memperkuat jaringan tanaman serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.
Potasium juga merupakan unsur hara mikro yang banyak digunakan petani kelengkeng khususnya petani kelengkeng itoh untuk membuahkan tanaman kelengkengnya.LembahPinus.Com sudah membuktikan manfaat penggunaan pupuk kulit pisang ini pada tanaman mangga namdokmai dan kelengkeng aroma durian yang kini tengah berbunga.
Magnesium adalah unsur yang keberadaannya karena selain diperlukan di dalam pembentukkan klorofil juga berperan sebagai katalisator di dalam  penyerapan unsur P dan K oleh tanaman.
Pupuk kulit pisang yang baik adalah pupuk kulit pisang yang dilengkapi dengan mikroorganisme pelarut pospat karena tanaman tidak dapat langsung menyerap pospat langsung dari media tanam. Pospat/Phosphorus oxide / phosphate sebagai unsur kimia dalam bentuk ikatan P2O5  tidak dapat diserap langsung oleh tanaman, melainkan akan diserap dalam bentuk ion PO4--- di sinilah peran mikroorganisme pelarut pospat diperlukan.
Demikian pula dengan unsur Kalium yang biasanya terdapat di dalam pupuk dalam bentuk ikatan K2O yang perlu diubah menjadi ion K+ oleh mikroorganisme.
Sodium atau Natrium (Na) adalah unsur yang dapat ditemukan pada garam dapur (NaCl), karena kemiripan Kalium dengan Natrium dalam hal mengatur rumah tangga air dalam tubuh tanaman sehingga proses fotosinthesis dapat terus berlangsung, pada banyak kasus garam dapur bahkan vetsin (MSG - Mono Sodium Glutamat) sering digunakan sebagai pupuk tanaman oleh para ibu - ibu rumah tangga.
Unsur Sodium / Natrium mempunyai sifat higroskopis, artinya bahwa unsur ini mudah menyerap air dan menahan air cukup kuat, sehingga tanaman tahan akan kekeringan. Unsur Natrium membantu proses transportasi dalam tubuh tanaman sehingga hasil-hasil fotosintesis dapat dibawa dan diakumulasi pada tempat-tempat penyimpanan.
Pupuk organik yang baik juga mengandung mikroba penambat nitrogen yang akan mengikat unsur nitrogen langsung dari udara agar mudah diserap oleh akar tanaman dan mikroba yang bersifat antagonis pada penyakit akar.  Disinilah peran bioaktivator dekomposisi diperlukan.
M-Bio adalah bioaktivator yang digunakan di dalam proses pembuatan pupuk kulit pisang pada bahasan kali ini. M-BIO merupakan kultur campuran mikroba yang menguntungkan dengan paten CMF-21 diantaranya ; Bakteri Pelarut Fosfat, Lactobacillus sp, Yeast, dan Azospirillum sp.
Hanya memerlukan waktu sampai 7 (tujuh) hari maka bahan-bahan organik dapat difermentasikan secara sempurna sehingga menjadi PORASI (Pupuk Organik Cara Fermentasi) yang berkualitas.
D.    Sampah Koran Bekas
Mengetahui info dan berita terupdate mengenai berbagai hal sudah menjadi kebutuhan setiap manusia. Untuk mengetahui isi dunia kita tidak perlu berkeliling dunia. Kemudahan akses informasi sekarang ini memudahkan orang untuk mengetahui kabar terkini bahkan hingga ke tempat yang jauh sekalipun. Ada banyak media informasi misalnya televisi, radio, internet, majalah, buku, maupun koran.
Koran adalah salah satu media informasi yang tidak pernah surut bahkan semakin menjamur. Sampai saat ini koran merupakan salah satu media informasi yang cukup diminati masyarakat. Bahkan tidak sedikit orang yang berlangganan koran untuk mengupdate informasi terbaru. Namun, setelah dibaca koran tersebut hanya akan menjadi barang yang tidak berguna. Jika didiamkan begitu saja, maka lama-kelamaan akan menumpuk dan mengotori rumah. Cara paling praktis yang biasa dilakukan banyak orang adalah menjualnya ke tukang loak. Masalah rumah pun selesai.
Sebuah solusi praktis yang cukup baik memang. Tapi sebenarnya, koran-koran bekas yang awalnya hanya mengotori rumah itu dapat diolah menjadi barang-barang yang memiliki fungsi sehingga bisa dipakai serta mempunyai nilai seni dan nilai ekonomis yang tinggi.
Tahukah anda bahwa ternyata limbah-limbah koran tadi dapat di olah menjadi berbagai macam produk kerajinan seperti kap lampu, vas bunga, tempat tisu, tempat majalah, keranjang buah, tempat pensil, baki, keranjang sampah, dompet, wadah perhiasan, wadah telepon genggam, tempat pakaian kotor, asbak, hiasan dinding dan masih banyak lagi. Jika seperti ini bukan saja masalah rumah Anda selesai, namun ada nilai plus berupa pendapatan yang lumayan dari penjualan barang-barang kerajinan tersebut.
Sebagai gambaran untuk satu tempat pakaian kotor berukuran diameter 30 cm dan tinggi sekitar 50 cm, membutuhkan 1,5 kg kertas koran dan 1 kg kawat steinless, ditambah lem dan lainnya, dbutuhkan modal sekitar Rp 35 ribu. Namun setelah jadi produk tersebut bisa dijual dengan harga Rp.100 – Rp 125 ribu.

RANCANGAN PENELITIAN
 

 



A. Pengolahan Limbah Kulit Pisang
1.    Alat dan Bahan untuk Membuat Pupuk Organik Cair atau Padat dari Kulit Pisang.
a.       Kulit pisang
b.      Gula pasir
c.       M-bio atau mikroba cair yang lainnya
d.      Bakatul
e.       Air 
f.       Ember besar
g.      Mesin penggiling
h.      Alat ukur berat ( timbangan)
i.        Literan
2.      Cara Kerja
a.         Pupuk Organik Padat
a)    Memotong-motong atau mencacah 5 Kg Kulit Pisang dan membasahinya dengan sedikit air.
b)   Mencampurkan kulit pisang yang telah dipotong-potong atau dicacah dengan bekatul atau dedak. Perbandingan campuran kulit pisang dan bekatul adalah 20 : 1.
c)    Mencairkan ¼ kg gula pasir dengan air sebanyak satu liter, kemudian kedalam larutan gula tersebut memasukkan ¼ liter bakteri dan mengaduknya hingga rata.
d)   Mencampurkan larutan campuran gula + bakteri ke campuran kulit pisang dan dedak atau bekatul, mengaduknya hingga rata kemudian menggundukkannya atau menumpuknya hingga ketinggian 15-20 cm dan menutupnya rapat.
e)    Dalam waktu 4-7 hari pupuk organik berbahan kulit pisang sudah siap digunakan.
b.         Pupuk Organik Cair
a)    Memblender atau menumbuk kulit pisang hingga membentuk cairan. Setiap 10 kg kulit pisang dicampur 10 liter air.
b)   Mencampurkan cairan kulit pisang tersebut dengan larutan gula dan bakteri. Komposisi bakteri dan larutan gula seperti pada pembuatan pupuk organik dalam bentuk padat.
c)    Merendamkan larutan tersebut selama 3-4 hari. Setelah 3-4 hari pupuk organik cair siap digunakan. Setiap 1 liter pupuk organik kulit pisang cair dilarutkan dalam 10 liter air.
 3.  Penggunaan Pupuk Organik Padat dan Cair dari kulit Pisang
Untuk pupuk organik padat, cara penggunaannya dengan cara mencampurkan pupuk kulit pisang dengan tanah yang akan menjadi media tanamnya. Kemudian tanamkan tanaman yang diinginkan dalam hal ini tanaman pertanian seperti bawang daun, seledri dan lain-lain. Dapat ditambahkan kembali jika kadar pupuknya sudah habis.
Sedangkan untuk penggunaan pupuk cair adalah dengan menambahkan 1 liter pupuk organik cair kulit pisang ke dalam 10 liter air. Kemudian campuran tadi di semprotkan ke tanah sekitar tanaman.

B. Pengolahan Sampah Koran Menjadi Tempat Tissue
1.      Alat dan Bahan Untuk Membuat Tempat Tissue dari Koran Bekas
a.       Gunting
b.      1 buah pisau cutter
c.       1 buah sapu lidi (ukuran 30 CM) atau kawat stainless
d.      Penggaris
e.       Sikat gigi bekas atau kuas untuk mewarnai
f.       koran bekas
g.      Dus sepatu bekas
h.      Lem kayu/double teep
i.        Cat kayu aneka warna
j.        Pita-pita/Hiasan
2.      Cara Membuat Tempat Tissue dari Koran Bekas
a.       Menyiapkan koran bekas dan dus sepatu bekas
b.      Memotong koran utuh 1 lembar,masing-masing menjadi 2 bagian 4 bagian
c.       Meleetakan potongan koran diatas meja yang datar dan rata
d.      Meletakan 1 buah lidi yang berukuran -/+30 CM(sesuai dengan ukuran dus sepatu) diatas potongan koran tadi pada bagian pinggir kertas
e.       Menggulung koran membentuk sebuah gulungan yang menyerupai pinsil
f.       Menarik lidi yang ada di dalam gulungan, jika proses penggulungan telah selesai
g.      Memberi lem/double teep pada gulungan tersebut agar kertas tidak berubah bentuk
h.      Melakukan proses penggulungan sampai jumlahnya mencukupi (menutupi permukaan dus sepatu)
i.        Melubangi dus sepatu dengan pisau cutter pada bagian tengah,agar tisu dapat ditarik keluar dari dalam box tisu
j.        Pada proses penempelan gulungan koran alangkah baiknya jika pada bagian dus sepatu diberi guratan dengan pisau,agar proses penempelan tidak berubah posisi
k.      Mengolesi bagian permukaan luar dus sepatu dengan lem
l.        Menempel satu-persatu gulungan menggunakan lem kertas,dengan ukuran yang disesuaikan dengan dus sepatu,dan jemur hingga mongering
m.    Mengecat bagian demi bagian menggunakan sikat gigi dan jemur hingga mengering.
n.      Memberikan pita-pita (Hiasan) atau pernik-pernik yang dibuat juga dari kertas koran diatas box agar terlihat indah dan menarik
o.      Mempernis seluruh permukaan agar terlihat mengkilat dan kedap air.
p.      Box tisu dari koran bekas dan dus sepatu bekas pun siap digunakan untuk keperluan sehari-hari.
3. Penggunaan Tempat Tissue dari Koran Bekas
Tempat tissue yang telah jadi dengan warna dan aksen yang menariknya dapat menjadi tempat tissue di daerah rumah mana saja. Oleh itu bukan hanya mendatangkan nilai guna juga mendatangkan nilai keindahan.
PELAKSANAAN PENELITIAN
 

 




A.  Pembuatan Pupuk Organik Padat dan Cair Kulit Pisang
 Hari                       : Senin
 Tanggal                  : 26 September 2011
 Tempat                  : Rumah Aufa Khalqillah
B.  Uji Coba Pupuk Cair dan Padat Kulit Pisang
 Hari                       : Sabtu
 Tanggal                  : 7 Oktober 2011
 Tempat                  : Rumah Wina Purnamasari


C.  Pembuatan Tempat Tissue dari Koran Bekas
 Hari                       : Sabtu dan Minggu
 Tanggal                  :  8 – 9 Oktober 2011
 Tempat                  : Kost Resha Fitriani dan Rumah Wina Purnamasari

PEMBAHASAN PENELITIAN
 

 



Berdasarkan langkah penelitian yang dilakukan oleh kelompok kami terhadap kulit pisang dan kertas koran di dapat data sebagai berikut.
A. Pengolahan Kulit Pisang Menjadi Pupuk Organik Padat dan Cair.
Dalam membuat pupuk kulit pisang yang berbentuk cair hanya membutuhkan waktu 5 hari saja. Hal itu terjadi karena serat-serat kulit pisang sudah terlebih dahulu di hancurkan dengan blender sehingga pengomposannya jauh lebih cepat. Setelah proses 5 hari itu pupuk cair disaring untuk dipisahkan dari ampasnya.
Sedangkan untuk pupuk padat dari kulit pisang membutuhkan waktu yang sangat lama. Setelah 7 hari pun kulit pisang tidak kunjung mengompos. Hal itu dikarenakan serat-serat di dalam kulit pisang sangat banyak dan sulit diuraikan. Karena terburu dengan waktu pengumpulan produk dan laporan, akhirnya kami memutuskan untuk memanfaatkan ampas pupuk cair menjadi pupuk padat kulit pisang karena bahan yang digunakannya juga sama. Untuk menambah kualitas agar ampas dapat menjadi pupuk yang baik digunakan, maka kami menambahkan kembali larutan gula dan bakteri ke dalamnya dengan takaran yang sama seperti sebelumnya dan mendiamkannya selama 3 hari 3 malam dalam wadah tertutup. Pembuatan kulit pisang menjadi pupuk selesai, pupuk organik cair dan padat kulit pisang pun langsung dapat digunakan.
Kami menggunakan tanaman bawang daun sebagai objek percobaan pupuk kami. Untuk mengetahui keberhasilan atau tidaknya pupuk yang kami buat, dalam menanam bawang daun kami menggunakan 4 pohon bawang daun dengan jenis tanah, karakteristik tanah, polibag penanaman, waktu penyiraman, dan sinar matahari semua dibuat sama. Yang berbeda adalah dalam hal pemupukan.
Polibag A diberi pupuk organik padat saja, polibag B diberi pupuk organik cair dan padat, polibag C diberi pupuk organik cair saja dan polibag D tidak diberi pupuk apapun hanya disiram air biasa saja.
Setelah semalam ditanam, polibag A langsung memunculkan tunas bawang daun dengan tinggi sekitar 2cm sedangkan untuk polibag B,C dan D belum menunjukan reaksi apa-apa. Setelah hari kedua, polibag B, C, dan D menunjukan tunas masing-masing tunas berukuran sekitar 2cm. Hal itu menunjukan bahwa pupuk padat jauh lebih baik digunakan daripada pupuk cair.
Hal itu mungkin terjadi karena senyawa organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan terdapat utuh dipupuk padat sedangkan dipupuk cair tidak.
Dengan melihat hasil pertumbuhan yang baik yang ditunjukan bawang daun setelah diberi pupuk organik padat dan cair kulit pisang, kulit pisang sangat baik diimplementasikan pada tanaman pertanian dalam hal ini bawang daun dan dapat diimplementasikan juga pada tanaman pertanian lainnya.
B. Pengolahan Koran Bekas Menjadi Tempat Tissue
Dalam pembuatan tempat tissue dari koran bekas ternyata cukup sulit. Kami menemukan kesulitan dalam membuat gulungan koran dengan ukuran seperti pensil. Penggunaan lidi sebagai pembantu dalam penggulungan pun ternyata cukup sulit. Adakalanya dalam menggulung koran, hasilnya kurang rapih dan padat. Kami membutuhkan waktu seharian untuk membuat gulungan koran sebanyak kurang lebih 100 gulungan untuk dapat menutup seluruh permukaan luar dus sepatu bekas.
Setelah mendapat 100 gulungan koran, satu per satu kami rapatkan dengan menggunakan lem kayu. Lem kayu digunakan agar koran dengan dus bekas dapat merekat sangat kuat.
Setelah semua permukaan luar dus tertutup, kami mendiamkannya semalaman agar lem benar-benar kering. Dan di hari berikutnya kami mulai pengecatnya dengan cat kayu dan membuat pernik-pernik lucu dari koran juga. Perlu ketelitian dan kesabaran dalam merangkai pernak-pernik dari kertas koran, karena sifat koran yang menjadi sulit rapat saat dilem setelah dilipat-lipat kecil dan sulit untuk dicat dengan 2 warna dalam waktu bersamaan.
Setelah dicat dan ditempeli pernak-pernik kami mendiamkannya kembali selama 2 hari agar cat benar-benar kering. setelah 2 hari kami mengecatnya kembali dengan pernis agar mengkilat dan pernak-pernik lebih kuar merekat. Setelah itu, kami memasukan tissue kedalamnya. Tempat tissue yang sudah jadi dengan paduan warna dasar coklat dan pernak-pernik berwarna merah, kuning, biru dan hijau terlihat sangat menarik. Karena itu, tempat tissue tersebut selain memiliki nilai fungsi juga mendatangkan nilai keindahan.

SIMPULAN
 

 



Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
A.    Kulit pisang sulit untuk dijadikan pupuk padat karena waktu pengomposannya sangat lama.
B.     Kulit buah pisang dapat menjadi pupuk organik cair.
C.     Ampas pupuk cair kulit pisang dapat dijadikan pupuk padat kulit pisang setelah diberi larutan gula dan bakteri lagi.
D.    Pupuk organik padat kulit pisang yang berasal dari ampas pupuk cair ternyata lebih baik digunakan untuk pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan pupuk cair. Karena pupuk padat kulit pisang lebih cepat menumbuhkan tunas baru bawang daun dibandingkan dengan pupuk cair.
E.     Pencampuran antara pupuk cair dengan pupuk padat kulit pisang juga ternyata tidak menghasilkan respon pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan pemberian pupuk padat saja.
F.      Kertas koran dapat dibuat menjadi tempat tissue yang memiliki nilai guna dan nilai keindahan.
G.    Butuh ketelitian, kesabaran serta keterampilan yang tinggi dalam pembuatan tempat tisuue dari koran bekas.
DAFTAR PUSTAKA
 

 



Sastrawijaya, A.Tresna. (2000). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suherneti, Nita. Aan Sujana dan Deni Kurniadi. (2009). Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Lirasindo.
Herawan, Dedi dan Zaenal Aripin. (2008). Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta:  CV Multipesona GRAFIKA.
Wardhana, Wisnu Arya. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: ANDI.

DOKUMENTASI PENELITIAN
 

 



A. Pembuatan Pupuk Organik Padat dan Cair
Pemungutan limbah kulit pisang dari selokan kering dibelakang rumah Aufa
 


Kulit Pisang yang telah di potong-potong
 

 







Mencampurkan M-Bio dengan gula dan air
 

 








Potongan kulit pisang yang sudah dicampur dedak,
 

 








Memblender kulit pisang dengan sedikit air untuk pupuk cair
 

 














Mencampur  larutan gula dan bakteri
 

 









Mencampur  air dengan larutan gula dan bakteri
 

 








Canpuran blenderan kulit pisang, dedak dan air dalam ember tadi
 

 













Pengemasan Pupuk Cair Kulit pisang ke dalam botol
 










Pengemasan Pupuk Padat Kulit pisang ke dalam plastik
 

 










Pelabelan Pupuk Padat Kulit pisang
 

 












B. Pembuatan Tempat Tissue Koran Bekas

Penggulungan kertas koran menggunakan lidi
 

 









Pembuatan pernak-pernik dari koran
 

 









Pengecatan kotak tissue dengan cat kayu
 

 












Pengecatan pernak-pernik dengan cat kayu
 

 








Pengeringan cat dengan bantuan cahaya matahari
 

 









Penempelan pernak-pernik ke kotak tissue
 

 























Produk Jadi Kelompok 1 Kelas 3B
 

 


Foto Bersama Kelompok 1 kelas 3B bersama Produk yang dihasilkan